Loading...
Edukaislam.com - Muhammad Iqbal berteriak dengan lantang agar umat Islam bangkit dari ketertinggalannya. Melalui karya puisi dan karya ilmiahnya ia ingin membangkitkan daya hidup kaum Muslmin untuk maju. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya mengalir-bergerak dan jangan tinggal diam. Intisari hidup adalah gerak, sedang hukum hidup ialah menciptakan, sementara tujuan pendidikan adalah membentuk manusia.
Kepribadian yang ingin dicapai Muhammad Iqbal tidak hanya berpengetahuan namun juga aktif dan dinamis.
Sama dengan pembaru-pembaru lain, Muhammad Iqbal berpendapat bahwa kemunduran umat Islam selama lima ratus tahun terakhirdisebabkan oleh kebekuan pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai kepada keadaan statis.Pintu ijtihad tertutup, sehingga tidak banyak lagi kreatifitas para ulama.Sebab lain terletak pada pengaruh zuhud yang terdapat dalam ajaran tasawuf, namun sebab terutamanya adalah kehancuran Baghdad.. Baghdad dihancurkan dengan penghancuran yang tragis dan dramatis.Umat Islam harus mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah ini. Kehancuran kota seribu satu malam, Bahgdad menimbulkan pengaruh besar dalam sejarah Islam dan imajinasi bagi penyair seperti Muhammad Iqbal, bagaiamana membangkitkan daya hidup umat Islamuntuk kembali menuju masa kejayaan Baghdad periode kemajuan.
Iqbal berpendapat bahwa ijtihad merupakan prinsip gerakan dalam struktur Islam. Bagi Iqbal, hukum dalam Islam sebenarnya tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad pun tidak pernah tertutup. Lebih jauh dia menyatakan bahwa Islam pada hakekatnya mengajarkandinamisme. Al-Qur’an senantiasa menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atautanda yang terdapat dalam alam seperti matahari, bulan, pertukaran siang dan malam,dan sebagainya. Islam menolak konsep lama yang mengatakan bahwa alam ini bersifat statis. Tetapi sebaliknya Islam mempertahankan konsep dinamisme dan mengakui adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial manusia. Begitu tinggi dia menghargai gerak, sehingga dia menyebut bahwa orang kafir yang aktif lebihbaik dari muslim yang suka tidur.
Dengan kata lain, ijtihad yang difahami Iqbal adalah bagaimana selalu melakukan penyegaran pemikiran keagamaan dalam Islam dengan historisitas keberagamaan manusia. Yaitu dengan cara mencermati kembali makna normatif nas-nas al-Qur’an dan Sunnah secara lebih kontekstual, sambil juga mengaitkannya secara langsung dengan persoalan-persoalan historis keberagamaan Islam kontemporer. Namun hal yang perlu dicatat menurut Iqbal, terkait dengan pandangan dinamis al-Qur’an adalah bahwa walaupun al-Qur’an tidak bertentangan dengan perkembangan pemikiran, kita tidak boleh melupakan bahwa hidup itu bukanlah semata-mata hanya perubahan saja,tetapi juga mengandung unsur pemeliharaan (conservation).
Iqbal berharap generasi muda mengikutinya dalam berijtihad secarabertanggungjawab, menafsirkan al-Qur’an dan Sunnah serta menyusun pendapatbaru dengan menerapkan deduksi analitis. Iqbal berharap meletakkan dasar-dasarbagi agama dan ilmu untuk menemukan kesalingselarasan yang memungkinkankaum Muslim mempelajari ilmu modern dan memanfaatkan teknologi gunameningkatkan eksistensi material mereka.
Jika Islam ingin maju seperti zaman kemajuan pada masa Abbasiyah, umat Islam harus kerja sungguh-sungguh, tampilkan bukti, tunjukkan prestasi bukan lamunan. Kerja sungguh-sungguh akan mengangkat derajat bangsa menuju kemenangan.Muhammad Iqbal ingin membangkitkan etos kerja Islam. Etos kerja Islam pada hakikatnya merupakan bagian dari konsep Islam tentang manusia yang menyejarah dalam jatuhbangunnya kebudayaan tersebut. Karena itu, etos kerja Islam adalah bagian dari proses eksistensi diri manusia dalam berbagai lapangan kehidupan manusia yang amat luas dan kompleks.Peradaban-peradaban lampau dikenal karena meninggalkan karyanya bagi generasi belakangan.
Muhammad Iqbal ingin meningkatkan sumber daya manusia umat Islam yang lemah jauh tertinggal dari orang-orang Barat. Di dalam peradaban Barat modern selalu diisi dengan munculnya temuan-temuan baru dalam lapangan kehidupan.Muhammad Iqbal ingin agar umat Islam menerima, mengembangkan dan juga mengkritisisi hasil-hasil rasionalisme modern.Muhammad Iqbal tidak berpendapat bahwa Baratlah yang harus dijadikan contoh sebagai model. Kapitalisme dan imperialisme Barat tak dapat diterimanya. Barat menurut penilaiannya amat dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meninggalkan agama, yang harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah imu pengetahuannya.Bagi Muhammad Iqbal materialisme merusak nilai-nilai yang lebih tinggi.
Berhenti berarti mati, bergerak berarti hidup.
Kalau manusia tidak mengambil prakasa, kalau manusia tidak bersedia mengembangkan kekayaan bathinnya, kalau manusia berhenti merasakan gejolak bathin yang hidup lebih tinggi, roh yang ada di dalam dirinya akan mengeras menjadi batu, dan dia merosot turun ke tingkat benda mati.
Dalam pandangan Muhammad Iqbal, untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik di atas bumi ini bukan saja dianjurkan, tetapi lebih dari itu, merupakan kewajiban setiap muslim. Oleh sebab itu, perkembangan individualitas adalah suatu proses kreatif yang di dalamnya manusia harus memainkan peranan aktif, terus-menerus beraksi dan bereaksi dengan penuh tujuan terhadap lingkungan. MuhammadIqbal percaya bahwa gagasan semata-mata tidaklah memberikan momentum pada gerak maju manusia, kecuali perbuatan yang membentuk esensi dan bobot kehidupan manusia.
Referensi
Ali, A. Mukti,Alam Pikiran Islam Modern di India dan PakistanCet. I; Bandung: Mizan, 1993.
-----------------,Ijtihad dalam Pandangan Muhammad Abduh, Ahmad Dahlan dan Muhammad Iqbal, Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
Al-Bahiy, Muhammad, Pemikiran Islam Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986.
Amin,Abdullah, M.,DinamikaIslamKultural:PemetaanAtasWacanaKeislamanKontemporer, Bandung: Mizan, 2000
As’arie, Musa,Islam Keseimbangan Rasionalitas, Moralitas, dan Spiritualitas, Yogyakarta:LESFI,2005.
Asmuni, M.Yusran,Pengantar Studi Pemikran dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998.
Hamid, Abdul, Yaya, Pemikiran Modern dalam Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Iqbal,Muhammad,Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam,Penerjemah: Osman Ralybi,Jakarta: Bulan Bintang, 1966.
____________. Rekonstruksi Pemikiran Islam. Penerbit : Kalam Mulia.1994.
Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009.
Ma’arif, A. Syafii,Peta Bumi Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1993.
Nasution, Harun,Pembaharuan dalam Islam, Cet. III; Jakarta: Bulan Bintang, 2003.
Rahman, Fazlur,Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, 1985.
Siddik, Abdullah, Islam dan Filsafat, Jakarta : Triputra Masa, 1984.
Soleh, Khudori, Wacana Baru Filsafat Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Supriyadi, Dedi,Pengantar Filsafat Islam, Konsep, Filsuf dan Ajarannya, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009.
Loading...