Sejarah Perkembangan Tafsir Bil Ma’tsur

Loading...

Edukaislam.com - Telah dijelaskan tentang apa itu Tafsir Bil Ma'tsur, serta macam-macam dan bentuk tafsir bil ma'tsur itu sendiri. Kemudian dalam perkembangannya, Muhammad Husain al Dzahabi dalam Tafsir Wal Mufassirun menyebutkan bahwa perkembangan tafsir bil ma’tsur dapat dikategorikan menjadi dua periode, 

Pertama, periode periwayatan (daur al riwayah).

Kedua periode kodifikasi/pembukuan (daur al tadwin)

Periode pertama yaitu Daur al Riwayah dapat dibedakan dalam empat tahap, yaitu tahap pertama, masa Rasulullah., tahap kedua, pada masa sahabat., tahap ketiga, pada masa tabi’in., dan tahap keempat, pada masa sesudah tabi’in, yang masing masing memilki corak dan karakteristik sendiri sendiri.

Periode kedua adalah periode kodifikasi (Daur al Tadwin) pada periode ini mula mula ditulis dan dibukukan adalah tafsir bil ma’tsur, yaitu segala yang diriwayatkan dari Rasulullah saw dan sahabat, baik yang terjadi pada permulaan tahun 100 atau 200 Hijriyah. 

Periode kedua ini dalam perkembangannya juga melalui beberapa tahap, yaitu: 

a. Tahap pertama pembukuan tafsir bil ma’tsur, belum mengambil bentuknya yang sempurna dan belum berdiri sendiri, yaitu tafsir ditulis dalam kitab kitab hadits, dan didalamnya banyak didapati berbagai macam bab hadits yang berbeda beda , juga masih berupa kumpulan riwayat yang berasal dari Nabi, para sahabat, dan juga tabi’in sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Malik bin Anas.

b. Tahap kedua mulai dilakukan pemisahan antar tafsir bil ma’tsur dengan kumpulan kumpulan tulisan hadits, sehingga tafsir menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri. Dan orang yang pertama kalinya mempelopori adalah Ali bin Abi Talhah berdasarkan riwayat ibn Abbas. 

c. Tahap ketiga, tafsir bil ma’tsur mulai dibukukan dalam bebrapa juz secara khusus, seperti yang dilakukan oleh Abi Rauq yang menulis satu juz saja dari tiga juz lainnya oleh Muhammad bin Tsaur dari Ibn Juraij. 

d. Tahap keempat, pengkodifikasian tafsir yang secara khusus memuat tafsir bil ma’tsur lengkap dengan jalur sanad sempai kepada Rasulullah saw, kepada para sahabat, tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in, seperti yang dilakukan oleh Ibn Jarir At Tabariy.

e. Tahap kelima, yaitu pengkodifikasian tafsir bil ma’tsur tanpa mengemukakan sanad 
periwatannya dan kebanyakan para mufassir menggunakan pendapat pendapat tertentu didalam tafsir mereka tanpa membedakan hadits yang sahih dan hadits yang keliru, sehingga mengakibatkan para peneliti tidak tertarik pada isi kitab tafsir tersebut, karena ada kekhawatiran adanya unsur pemalsuan.




Pustaka :
1.       Ash-Shabuni Muhammad Ali, Ikhtisar ‘Ulūm al-Qur’an Praktis. (Jakarta: Pustaka Amani, 2001).
2.      MustakimAbdul, Aliran-Aliran Tafsir, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005)
3.       [1] As-ShiddieqiHasby, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang).
4.       al-‘Aridl Ali Hasan, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Jakarta : Rajawali Press, 1992).
5.      Amanah Siti, Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,( Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1993).


Loading...