Loading...
Edukaislam.com - Sejarah berdirinya negara atau dinasti Thahiriyyah (205 – 259 H. / 821 – 873 M.)
Thahiriyah adalah merupakan salah satu negara yang muncul pada masa Daulah Abbasiyah di sebelah timur Baghdad, berpusat di Khurasan dengan ibu kota Naisabur. Dinasti ini didirikan oleh Thahir ibn Husein pada 205H/821 M di Khurasan, dinasti ini bertahan hingga tahun 259 H/873 M.
Thahir muncul pada saat pemerintahan Abbasiyah terjadi perselisihan antara kedua pewaris tahta kekhalifahan antara Muhammad al-Amin (194-198 H/809-813 M), anak Harun ar-Rasyid dari istrinya yang keturunan Arab (Zubaidah) sebagai pemegang kekuasaan di Baghdad dan Abdullah al-Makmun anak Harun ar-Rasyid dari istrinya yang keturunan Persia, sebagai pemegang kekuasaan di wilayah sebelah timur Baghdad.
Thahir ibn Husein merupakan seorang jenderal pada masa khalifah Dinasti Abbasiyah yang lahir di desa Musanj dekat Marw dan dia berasal dari seorang keturunan wali Abbasiyah di Marw dan Harrah, Khurasan, Persia bernama Mash’ab ibn Zuraiq. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antara pemerintah Abbasiyah di Baghdad dengan keluarga Thahir sudah terjalin sejak lama.
Karena itu cukup beralasan bila pemerintah Baghdad memberikan kepercayan kepada generasi keluarga Mash’ab ibn Zuraiq untuk melanjutkan estafet kepemimpinan lokal. Tujuannya tetap sama, menjaga keutuhan wilayah kekuasaan Islam Abbasiyah di wilayah Timur kota Baghdad dan menjadi pelindung dari berbagai kemungkinan serangan negara-negara tetangga di Timur.
Latar Belakang Munculnya Dinasti Thahiriyyah
Sahabat edukaislam, sebenarnya, latar belakang kemunculan dinasti ini diawali oleh peristiwa perebutan kekuasaan antara al-Makmun dengan al-Amin. Perseteruan tersebut terjadi setelah khalifah Harun al-Rasyid meninggal dunia pada 809 M. Perseteruan tersebut akhirnya dimenangkan al-Makmun, dan Thahir berada pada pihak yang menang.
Peran Thahir yang cukup besar dalam pertarungan itu dengan mengalahkan pasukan al-Amin melalui kehebatan dan kelihaiannya bermain pedang membuat al-Makmun terpesona. Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya itu, al-Makmun memberinya gelar Abu al-Yamain atau Zu al-Yaminain (terampil), bahkan diberi gelar si mata tunggal, dengan kekuatan tangan yang hebat (minus one eye, plus an extra right arm).
Selain itu, Thahir juga diberi kepercayaan untuk menjadi gubernur di Khurasan pada tahun 205 H, jabatan ini diberikan oleh Al-Makmun sebagai balasan atas jerih payahnya dalam medan perang.Jabatan ini merupakan peluang bagus baginya untuk meniti karir politik pemerintahan pada masa itu. Jabatan dan prestasi yang diraihnya ternyata belum memuaskan baginya, karena ia mesti tunduk berada di bawah kekuasaan Baghdad. Untuk itu, ia menyusun strategi untuk segara melepaskan diri dari pemerintahan Baghdad.
Strategi Dalam Melepaskan Diri Dari Baghdad
Di antaranya dengan tidak lagi menyebut nama khalifah dalam setiap kesempatan dan mata uang yang dibuatnya. Ambisinya untuk menjadi penguasa lokal yang independen dari pemerintahan Baghdad tidak terealisir, karena ia keburu meninggal pada 207 H, setelah lebih kurang 2 (dua) tahun menjadi gubernur (205-207 H).
Meskipun begitu, khalifah Bani Abbas masih memberikan kepercayaan kepada keluarga Thahir untuk memegang jabatan gubernur di wilayah tersebut. Terbukti setelah Thahir meninggal, jabatan gubernur diserahkan kepada putranya bernama Thalhah ibn Thahir.
Pustaka :
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2010)
Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. (Bandung:Pustaka Setia,2008)
Muhammad Syafii Antonio. Ensiklopedia Peradaban Islam (Persia). (Jakarta:Tazkia Publishing, 2012)
Samsul Munir Amin. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta:Amzah,2009)
Ahmad Al-usairy, at-Tarikhul Islami ,( H.Samson Rahman ; ____, Terj. 2003)
Loading...