Loading...
Edukaislam.com -Pengertian Etika hedonisme dalam buku-buku etika masuk dalam telologis, (dari kata Yunani telos, tujuan dan logos, kata atau fikiran), terarah pada tujuan. Etika hedonisme, biasanya dimasukkan ke kelompok teori-teori egoisme etis, karena mengusahakan kebahagiaan bagi orang yang bertindak itu sendiri (individualistik). Karena berbicara tentang tindakan baik dan buruk, etika hedonisme juga masuk dalam teori etika normative.
Hedon (diikuti dengan -isme; Hedonisme) berasal dari bahasa Yunani: hēdonē, yang berarti nikmat, kegembiraan, kesenangan, kepuasan (pleasure). Hedonisme menggambarkan berbagai macam pemikiran yang menjadikan “kesenangan” sebagai pusat kendali. Hedonisme secara umum bisa menyimpulkan bahwa “kesenangan adalah kebaikan tertinggi”. Hedonisme bisa didefinisikan sebagai sebuah doktrin yang berpegang pada anggapan bahwasanya kebiasaan manusia itu dimotivasi oleh hasrat akan kesenangan atau kenikmatan dan menghindar dari penderitaan.
Hedonisme berangkat dari pendirian bahwa menurut kodratnya manusia mengusahakan kenikmatan atau kesenangan.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu menghindari rasa sakit, penderitaan, hal-hal yang menyakitkan lainnya dan sebaliknya mengejar apa saja yang dapat menimbulkan kesenangan atau kenikmatan. Seseorang dikatakan baik baginya apabila mengusahakan kenikmatan. Seseorang dikatakan baik bila perilakunya dibiarkan ditentukan oleh pertanyaan bagaimana caranya agar dirinya memperoleh kenikmatan yang sebesar-besarnya; dengan bersikap seperti itu ia bukan hanya hidup sesuai dengan kodratnya, melainkan juga memenuhi tujuan hidupnya.
Hedonisme sering muncul sebagai teori yang mau menentang etika-etika tradisional yang kaku dan kadang-kadang munafik, yang hanya menekankan peraturan saja, tanpa dapat menjelaskan manfaat peraturan-peraturan itu. Melawan mereka kaum hedonis bertanya secara provokatif: apa ada yang lebih masuk akal sebagai pedoman hidup daripada mencari kebahagiaan, dan apakah kebahagiaan kecuali bahwa kita bebas dari penderitaan dan memperoleh nikmat sebanyak mungkin?
Hedonisme atau falsafah cari nikmat sampai sekarang masih cukup popular di masyarakat bahkan berkembang luas menjadi gaya hidup. Dalam masyarakat kita, di mana juga banyak orang hidup bagaikan murid setia hedonisme, hedonisme mempunyai nama buruk dan biasanya dianggap amoral. Kemudian, untuk menilai hedonisme dengan tepat, perlu kita perhatikan bahwa kebanyakan filosof hedonisme tidak menganjurkan agar kita mengikuti segala dorongan nafsu begitu saja, melainkan agar kita dalam memenuhi keinginan-keinginan yang menghasilkan nikmat bersikap bijaksana dan seimbang dan selalu dapat menguasai diri.
Pustaka :
Franz Magnis Suseno, Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 113
Robert Audi, The Cambridge Dictionary of Philosophy, (New York: Cambridge University Press, 1999), h. 364-365
H. De Vos, Pengantar Etika, terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 161
Pustaka :
Franz Magnis Suseno, Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 113
Robert Audi, The Cambridge Dictionary of Philosophy, (New York: Cambridge University Press, 1999), h. 364-365
H. De Vos, Pengantar Etika, terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 161
Loading...